Bagaimana
kabarmu sahabat?
Semoga Engkau
kan tetap dengan imanmu yang kokoh, langkahmu yang tegap dan semangatmu yang
mengelora. Karena kau adalah pionir dalam sekitarmu. Teruslah menebarkan
kepesonaanmu. Menularkan semangatmu hinngga ajal menjemputmu. Dan kau kan
tersenyum, terkejut ketika amalmu hadir dan menjadi payung dalam panasnya alam
akhirat sana.
Dan sebait doa
ku semoga Allah anugerahkan keistiqamahan dalam dirimu. Karena kesyukuran yang
agung jika kita tetap dalam petunjukNya. Bukankah Rasul pun hingga beruban
dalam mempertahankan kata itu.
Sahabat izinkan
ku bercerita, tentang kau dan aku.
Masih segar
benar peristiwa itu, awal mula ku memijakkan kakiku di kota itu, pertama jumpa
denganmu, jabat tangan serat dengan tekanan dan sedikit senyum yang kau
sunggingkan kepadaku, memang agak terkesan cuek tapi ku memahami karena
tenagamu sudah terkuras untuk mencari nafkah untuk diri dan keluargamu. Sedang
waktu itu kau butuh istirahat untuk melepaskan lelah setelah setengah hari kau
sibuk kerja. Tak ada peduli jua kumelihatmu, karena memang diriku adalah tipe
manusia yang terkesana ketika awal bertemu.
Tapi kah kau
tahu, penasaranku mulai beradu, setelah beberapa hari berinteraksi denganmu,
ada rasa yang tak biasa, yang membuat semakin terpana, kau begitu beda dengan
remaja lainya, yang notabene remaja indentik dengan hura-hura, pacaran dan
membuang waktunya dengan sia- sia, tapi kau menghabiskan waktumu untuk ibadah
dan kerja, itulah yang membuatmu istimewa.
Dan kau tahu
kawan, kekagumanku semakin bertambah kala kutahu segudang prestasimu.
Kegigihanmu dalam menggapai asa, ketegaranmu dalam menghadapi kerasnya
kehidupan, dan jerih payah ketika kau gayu senjatamu untuk berusaha mengejar
segudang impianmu. Semua menjadikanku untuk bercermin dalam menjalani
kehidupanku. Ya… semua itu seakan memaksaku untuk bercermin, diriku yang
dilahirkan dari keluarga yang mampu, hanya sedikit prestasi yang kutorehkan.
Malu dengan diri yang tak bersyukur atas semua anugerah yang Allah berikan,
dengan menyia-nyiakan segalanya.
Kawan, kau
adalah bak amunisi bagiku, kau adalah ibarat bahan bakar untukku, kau adalah
tetesan embun dalam kegersangan jiwaku.tak lebih jika ku mengatakan itu, karena
memang setiap ku terpuruk kau berusaha untuk menyokongku, menyemangatiku agar
aku bangkit kembali dari keterpurukanku.
Semua masih
teringat jelas dalam benakku, dan semua
itu akan kurangkum dalam memoriku dan kujadikan amunisiku untuk melesat
mengejar segala impianku. Sahabatku lewat doa-doalah ku membalasmu, maafkan
jika tak pernah terucap sanjungan yang keluar dari lisan untukmu, karena itu
semua hanya akan merusak segala amalmu, tahukah kau ketika salah satu sahabat
dipuji, bukan gembira yang ia rasakan melainkan kemarahan hingga ia menaburkan
pasir terhadap sahabat yang memujinya, karena ia takut dengan pujian itu. Ku
mempunyai cara tersendiri sahabat untuk menyanjungmu, lewat lakuku yang
berusaha sepertimu walau tak serupa adanya, tapi ku yakin Allah mengetahui
bahwa aku mengagumimu. Sebait do’aku semoga keberkahan selalu mengiringi setiap
langkahmu,dan merekatkan tali ukhuwah kita hingga menuju syurgaNya.
Untukmu yang menginspirasi diriku….
Ini untuk keluarga spetakuler
@srinoorch @rahmanhakime @kyeiki @handikasuryo dan semua anggota keluarga BPM Kema Unpad @gammaaj @verdialman @ginaaginn @satriaddika @citraokta @iniiiin @tresnaae. dan untuk abang gua (masih ajja ngaku-ngaku, moga-moga dia kagak marah dah gua aku abang) ka Tioo @prasetio_aji :) :) :)
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen