Senja yang indah, 17;50 wib.
"Be, lu sering minjem buku bahasa jermannya dia ya?" Asoka, salah satu teman Berlinia di tempat les.
"Dia? Dia sapa maksud lu?" Berlin, begitu biasa ia dipanggil. Bertanya balik.
"masa ga tau.... !!?"
“dia maksud lu?” Berlin menunjuk cowok yang berjalan ke arah mereka.
“tul!!”
“ngapa? Lu cemburu?” goda Berlin
“enak aja, gua udah tunangan niii” Asoka memamerkan cincin di jari manisnya
Berlin hanya senyam-senyum melihat teman yang satu itu manyun.
“Be, ni bukunya.” Yudha, nama cowok itu.
“paket sama lksnya mana?”
“Gua lupa naro, sorry”
“Ga heran ko kalo lu pelupa?”
“maksudnya Be?” Asoka nimbrung
“orang yang pelupa, biasanya suka tidur sore. Sengaja atopun ga.”
“berarti lu suka tidur sore ya Dha?” Asoka penasaran
“ga sengaja tidurnya juga.” Yudha, membela diri
“sama aja Dha. Trus lu udah sholat blum?” tanya Berlin
“udah dong” Yudha pede
“Dha, dia kira lu kagak sholat ashar kalo lu ketiduran”
“secara, jam setengah enam baru bangun. Kan bentar lagi maghrib”
“lu sering nunggu dia berjam-jam Be?” Asoka makin penasaran.
Yudha angkat bahu, Berlin hanya diam. Tak ada yang menjawab pertanyaan Asoka.
“Be, setia banget lu nungguin dia sampe berjam-jam”
“yaaa, mo gimana lagi?! Namanya juga udah janji.”
“mau ke kelas ga?” Yudha bersuara kembali.
“duluan aja Dha.” Berlin yang nyaut.
“good evening. How are you all?” Miss Adya menyapa
“fine, thank you. And you?”
“i’m fine. How about your homework? Did you made it?”
“yaaaaaaaaaa”
“ya apa?” Miss Adya bertanya, sambil memperhatikan murid-muridnya.
“maunya apa Miss?” Berlin iseng
“maunya, udah lah”
“udah ko Miss. Tulis tangan ga apa-apa kan ya, Miss?”
“sekretaris sejati Miss” canda Tyah
“jangan terima Miss. Biar disuruh ngetik” tambah yang lain
“eeehh, jangan gitu atuh lah. Eh, kalian mengalihkan perhatian Miss ya?! karena kalian blum kelar tugasnya kaaann?” Berlin akhirnya bicara
“haaa, mana yang lain?” Miss Adya seperti tersadarkan
Berlin cengar-cengir, “hihihihi, mana hayo mana?” godanya ke yang lain
“tugas apaan si Be? Liat dong” Ijal, si kacamata bersuara
“nii”
Ijal menghampiri tempat duduk Berlin
“kalo nulis pake pulpen ngapa?”
“lha, mang segitu ga jelas? Ada ko yang pake pulpen juga”
“ooohh, tugas yang minggu kemaren itu? Yang gua kagak masuk ya?”
“iya. Eh jal, tolong sekalian kasih ke Miss ya. Mumpung lagi berdiri juga kan” Berlin menahan tawa. Tanpa komentar, ijal langsung ngasihin tugas Berlin ke Miss Adya. “makasiii” ucap Berlin. Ijal Cuma senyum.
“ko campuran gini?” tanya Miss Adya
“hah? Maksudnya Miss?” tanya Lita dan yang lain pun melongo
“there’s with pencil.”
“itu mah, emang kebiasaan dia Miss” celetuk Ijal
“atuh, itu kan yang dikerjain disini” bela Berlin
“there’s with blue pen and black pen” Miss menatap Berlin
“it’s become rainbow Miss” jawab Berlin tanpa dosa
“hahahahaha” yang lain tertawa puas
“suruh ulangin aja Miss” Yudha keluar isengnya
“re-write?”
“yaaaaaaaaaaaaa” serempak
“Miss, berwarna itu lebih bagus dibanding satu warna. Bhineka tunggal ika Miss” Berlin ngeles
“asiiiiiiiiikk, bahasanya keluar”
“kan saya nak bahasa disekolahnya”
“kayaknya, udah ga ada yang dateng lagi. Kita mulai aja.” Ucap Miss Adya
mereka belajar dengan enjoy.
--------------------------------bersambung--------------------------------------
"Be, lu sering minjem buku bahasa jermannya dia ya?" Asoka, salah satu teman Berlinia di tempat les.
"Dia? Dia sapa maksud lu?" Berlin, begitu biasa ia dipanggil. Bertanya balik.
"masa ga tau.... !!?"
“dia maksud lu?” Berlin menunjuk cowok yang berjalan ke arah mereka.
“tul!!”
“ngapa? Lu cemburu?” goda Berlin
“enak aja, gua udah tunangan niii” Asoka memamerkan cincin di jari manisnya
Berlin hanya senyam-senyum melihat teman yang satu itu manyun.
“Be, ni bukunya.” Yudha, nama cowok itu.
“paket sama lksnya mana?”
“Gua lupa naro, sorry”
“Ga heran ko kalo lu pelupa?”
“maksudnya Be?” Asoka nimbrung
“orang yang pelupa, biasanya suka tidur sore. Sengaja atopun ga.”
“berarti lu suka tidur sore ya Dha?” Asoka penasaran
“ga sengaja tidurnya juga.” Yudha, membela diri
“sama aja Dha. Trus lu udah sholat blum?” tanya Berlin
“udah dong” Yudha pede
“Dha, dia kira lu kagak sholat ashar kalo lu ketiduran”
“secara, jam setengah enam baru bangun. Kan bentar lagi maghrib”
“lu sering nunggu dia berjam-jam Be?” Asoka makin penasaran.
Yudha angkat bahu, Berlin hanya diam. Tak ada yang menjawab pertanyaan Asoka.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kantin, selesai sholat maghrib, 18;10 wib.“Be, setia banget lu nungguin dia sampe berjam-jam”
“yaaa, mo gimana lagi?! Namanya juga udah janji.”
“mau ke kelas ga?” Yudha bersuara kembali.
“duluan aja Dha.” Berlin yang nyaut.
****************************
Ruangan les, 18;15 wib.“good evening. How are you all?” Miss Adya menyapa
“fine, thank you. And you?”
“i’m fine. How about your homework? Did you made it?”
“yaaaaaaaaaa”
“ya apa?” Miss Adya bertanya, sambil memperhatikan murid-muridnya.
“maunya apa Miss?” Berlin iseng
“maunya, udah lah”
“udah ko Miss. Tulis tangan ga apa-apa kan ya, Miss?”
“sekretaris sejati Miss” canda Tyah
“jangan terima Miss. Biar disuruh ngetik” tambah yang lain
“eeehh, jangan gitu atuh lah. Eh, kalian mengalihkan perhatian Miss ya?! karena kalian blum kelar tugasnya kaaann?” Berlin akhirnya bicara
“haaa, mana yang lain?” Miss Adya seperti tersadarkan
Berlin cengar-cengir, “hihihihi, mana hayo mana?” godanya ke yang lain
“tugas apaan si Be? Liat dong” Ijal, si kacamata bersuara
“nii”
Ijal menghampiri tempat duduk Berlin
“kalo nulis pake pulpen ngapa?”
“lha, mang segitu ga jelas? Ada ko yang pake pulpen juga”
“ooohh, tugas yang minggu kemaren itu? Yang gua kagak masuk ya?”
“iya. Eh jal, tolong sekalian kasih ke Miss ya. Mumpung lagi berdiri juga kan” Berlin menahan tawa. Tanpa komentar, ijal langsung ngasihin tugas Berlin ke Miss Adya. “makasiii” ucap Berlin. Ijal Cuma senyum.
“ko campuran gini?” tanya Miss Adya
“hah? Maksudnya Miss?” tanya Lita dan yang lain pun melongo
“there’s with pencil.”
“itu mah, emang kebiasaan dia Miss” celetuk Ijal
“atuh, itu kan yang dikerjain disini” bela Berlin
“there’s with blue pen and black pen” Miss menatap Berlin
“it’s become rainbow Miss” jawab Berlin tanpa dosa
“hahahahaha” yang lain tertawa puas
“suruh ulangin aja Miss” Yudha keluar isengnya
“re-write?”
“yaaaaaaaaaaaaa” serempak
“Miss, berwarna itu lebih bagus dibanding satu warna. Bhineka tunggal ika Miss” Berlin ngeles
“asiiiiiiiiikk, bahasanya keluar”
“kan saya nak bahasa disekolahnya”
“kayaknya, udah ga ada yang dateng lagi. Kita mulai aja.” Ucap Miss Adya
mereka belajar dengan enjoy.
--------------------------------bersambung--------------------------------------
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen